Kamis, 04 Juni 2009
Masjid Layur
Masjid Layur, salah satu masjid tua di Semarang yang masih kokoh berdiri terletak di jalan Layur Kampung Melayu. Lokasinya cukup mudah dijangkau, dari arah pasar Johar ikuti jalur putar yang menuju arah kantor pos atau arah stasiun Tawang, dari rel kereta api di depan Jalan Layur, menara Masjid Layur sudah kelihatan kokoh menjulang tinggi. Dinamakan Kampung Melayu karena pada tahun 1743 sebagian besar orang yang mendiami kawasan tersebut adalah orang-orang ras Melayu.Pada masa tersebut di kampung ini terdapat tempat untuk mendarat kapal dan perahu yang membawa barang dagangan, sehingga tidak mengherankan kalau ada bagian yang dinamakan pula Melayu Dara. Lokasinya yang sangat strategis mengundang orang untuk berdiam di situ pula. Dicatat bahwa orang-orang dari Arab kemudian menempati kampung tersebut.
Dilihat dari luar, masjid Layur menyimpan banyak sejarah masa lalu daerah sekitar masjid dan Semarang pada umumnya. Dari segi bangunan, masjid Layur termasuk salah satu masjid yang unik, masjid ini dikelilingi tembok tinggi dengan menara khas Timur Tengah berada di depan, di samping pintu masuk. Bangunan utama masjid sendiri bergaya khas Jawa dengan atap masjid susun tiga, ornamen-ornamen dinding terlihat unik dan indah. Lantai bangunan dibuat seperti rumah gadang dan hanya dapat dicapai dengan tangga yang terdapat pada sisi muka. Pondasi dari batu yang memikul struktur kerangka kayu. Masjid ini dilihat dari gaya arsitekturnya merupakan percampuran dari tiga budaya yaitu Jawa, Melayu dan Arab dengan sentuhan keindahan oleh para pembuatnya.
Walaupun sudah dimakan usia namun masjid ini masih kokoh dan masih digunakan oleh masyarakat sekitar untuk beribadah. Sampai sekarang masjid ini masih terus dirawat oleh yayasan masjid setempat sebagai upaya pelestarian sejarah dan sebagai masjid tua kebanggaan Kota Semarang. Secara menyeluruh masjid Layur masih asli seperti pertama kali dibuat, hanya ada sedikit perbaikan seperti penggantian genteng dan penambahan ruang untuk pengelola pada sisi kanan kompleks masjid.
Bank Mandiri
BANK MANDIRI : Terletak di Jl. Mpu Tantular 19 - 21 Semarang dibangun pada tahun 1908. Pada awal pembangunan, dilokasi ini berdiri suatu gedung pemerintahan yang disebut juga GOUVERNEMENTS. Namun pada tahun 1756 digunakan untuk gedung kesenian SOCIETEIT DE HARMONIE. Setelah tahun 1908 dengan berpindahnya gedung kesenian ini ke lokasi baru yaitu Jalan Pemuda saat ini bekas Gedung GRIS,di lokasi tersebut dibongkar dan didirikan bangunan baru dan digunakan untuk NEDERLANDSCHE HENDEL MAATSCHAPPU. Setelah masa kemerdekaan Indonesia gedung ini ditempati oleh MARGA BHAKTI, yang kamudian di pindah tangankan ke BANK EXIM dan PT. PANTJA NIAGA. Sekarang menjadi BANK MANDIRI
Tawang Square
Gereja Katedral Randusari
Bangunan ini terletak di kawasan Tugu Muda, tepatnya di Jalan dr. Soetomo Semarang. Saat ini bangunan terdiri atas Katedral, gedung pertemuan dan sekolah (SD Bernadus dan SMP Dominico Savio). Katedral menjadi gereja induk di wilayah Keuskupan Jawa Tengah Agung Semarang. Bangunan ini termasuk dalam kategori bangunan bersejarah yang dilindungi di Kota Semarang
Bangunan Katedral merupakan bangunan setangkup dengan facade tunggal yang berorientasi pada arsitektur barat. Kompleks bangunan didesain berbentuk segi empat dengan tiga pintu masuk, masing-masing berada di sisi Barat, Selatan dan Utara.
Seperti pada umumnya Gereja Katholik yang dibangun sebelum Konsili Vatikan II, tata letak tempat duduk jemaat memanjang ke belakang. Pondasi bangunan terbuat dari batu dengan sistem struktur dinding memikul dan ruangan yang besar bebas kolom. Sebagian dinding dilapisi batu alam, sampai hampir setengah tinggi bangunan.
Konstruksi atap adalah limasan mejemuk, yang ditutup dengan genteng. Pada puncak limasan terdapat menara yang dilapisi dengan pelat logam. Terdapat penebalan pada dinding dan membentuk parapet. Teritisan cukup lebar. Serambi terdapat pada bagian setiap entrance. Serambi ini dinaungi oleh atap yang menyatu dengan bangunan utama, dan tidak didukung oleh kolom ataupun konsol. Entrance memiliki pintu berdaun ganda dengan panel berupa kayu yang tebal. Penerangan dapat masuk ke bangunan secara langsung.
Pada lokasi Katedral ini semula dipergunakan sebagai Dienst voor Volks Gezeondheid atau Dinas Kesehatan di zaman penjajahan Belanda. Pada tahun 1926 tanah tersebut kemudian dibeli oleh pengurus gereja. Sejak itulah gedung perkantoran dirombak menjadi sebuah gereja Katholik. Gedung itu kemudian dijadikan tempat kedudukan uskup.
Desain bangunan dirancang oleh arsitek Belanda J.Th.Van Oyen dibantu konstruktor Kleiverde. Tahun 1937 diadakan pemugaran dan perluasan Katedral, seperti tertulis pada Surat Uskup Batavia tanggal 20 Desember 1937 kepada Pater P.C. yang menjabat sementara sebagai Kerk-en Armbestuur.
Pada tanggal 9 Agustus 1940 Jawa Tengah diresmikan sebagai vikarist apostolik di bawah pimpinan Mgr. A. Soegijopranoto,S.J. sebagai uskup agung pertama di Indonesia. Gereja yang memiliki nama resmi Santa Perawan Maria Ratu Rosario Suci kemudian berkembang menjadi Gereja Katedral.
Untuk mencapai Gereja katedral Randusari ini cukup mudah (lihat pada peta). Bila Anda kurang mengenal Kota Semarang, Anda dapat menggunakan angkutan kota/mikrolet maupun bis kota apa saja yang melewati kawasan Tugu Muda. Bila Anda berangkat dari kawasan Simpang Lima silakan naik angkot jurusan Karang Ayu – Penggaron, berhenti di lampu merah kawasan Tugu Muda. Gereja ini terletak di sebelah Selatan kawasan Tugu Muda.
Sumber tulisan dari situs Pemerintah Kota Semarang.
Lawang Sewu
Lokasi :
Jl. Pemuda Semarang
Pemilik :
Departemen Perhubungan - Perusahaan umum Kereta Api
Penggunaan:
Semula :
Kantor NIS (nederlandsch Indische Spoorweg Maatschappij )
Sejarah :
Bangunan ini dijuluki Lawang Sewu (pintu seribu) karena memiliki banyak pintu disamping busur - busur yang mengesankan rongga, yang memenuhi facade bangunan ini. Komplek lawang Sewu terdiri tas dua massa bangunan utama. yang disebelah barat berbentuk "L" dengan pertemuan kakinya menghadap Tugumuda, dan yang sebelah timur merupakan masa linier membujur dari barat ke timur. Semua bangunan berlantai dua . Sudut pertemuan kaki "L" merupakan daerah pintu masuk yang diapit oleh dua menara yang pada bagian atasnya membentuk copula bersegi delapan bertudung kubah. bangunan lawang sewu ini dirancang oleh arsitek C.Citroen dari Firma J.F. Klinkhamer dan B.J. Quendag pada awal abad ini untuk NIS, perusahaan kereta api pertama di Jawa. Sebelum kemerdekaan , bangunan ini menghadap ke Taman Wilhelmina yang mempunyai tempat bermain musik. Di depannya dulu melintas rel trem kota Semarang, jurusan Bulu - Jomblang. Foto udara yang diambil pada tahun 1927 masih memperlihatkan jalur perangkutan ini. Setelah mempelajari secara cermat iklim di Nusantara, para arsitek mulai mengadakan pendekatan design yang sesuai dengan kondisi iklim setempat, sehingga arsitektur pada pergantian abad ini menjadi arsitektur yang kontektual yang disebut Indische. Pada saat berlangsungnya Pertempuran Lima Hari di Semarang pada bulan Oktober 1945, halaman depan Lawang Sewu menjadi menjadi ajang pertempuran dan banyak pejuang kita yang dibantai di sana. tak selang lama maka, didirikan sebuah prasasti di sana. Prasasti ini masih ada sampai sekarang. bangunan Lawang Sewu sekarang berada dalam keadaan yang cukup memprihatinkan. karya arsitektur yang bernilai tinggi seolah disia-siakan karena tidak sepenuhnya berfungsi.
Rumah Sakit Dr. Karyadi
Lokasi
Jl. dr.Sutomo 16 Semarang
Pemilik
Departemen Kesehatan RI
Penggunaan:
Semula : Centrale Burgerlijke Ziekeninrichting
Sekarang : Rumah Sakit Umum Kariyadi
Tanggal Pembangunan : 1918 - 1924
Rumah Sakit Kariyadi merupakan bangunan rumah sakit. Bangunan utamanya yang terletak di depan merupakan bangunan setangkup fasade tunggal dan jumlah lantai sebagian dua buah. Orientasi bangunan utama adalah barat. Pondasi dari batu, dengan sistem struktur dari bata, serta dinding dari bata, sebagian dinding bagian baewah dilapisi dengan trisik dari teraso.
Pembangunnya dimulai pada tahun 1918 -an, atas prakarsa dr. NF Liem yang bermaksud untuk membangun rumah sakit. Lokasi bangunan ditentukan di jalan dr. Sutomo 16 Semarang. Dirancang oleh arsitek Belanda Bolsius G.J.P.M dan W. Lemei, pembangunan rumah sakit ini berlangsung selama 6 athun, hingga tahun 1924. Pada permulaan bulan Agustus 1925, Stadsverband, yang pada mulanya bertempat disebelah Utara alun-alun, dipindahkan ke Kalisari yang setelah itu disebut sebagai Centrale Burgerlijke Ziekeninrichting atau lebih dikenal sebagai CBZ. Upacara CBZ dilangsungkan dengan sangat meriah, yang dihadiri oleh pejabat penting serta dokter-dokter. Tahun 1942 hingga 1945, selama masa pendudukan Jepang, rumah sakit ini sering disebut sebagai PURUSARA ( Pusat Rumah Sakit Rakyat ). Setelah Indonesia memperoleh kemerdekaannya, rumah sakit ini juga berganti nama menjadi RSUP ( Rumah Sakit Umum Pusat ). Tahun 1945 pada saat terjadi Pertempuran Lima Hari di Semarang, RSUP menjadi tempat pengungsian bagi para pejuang Indonesia. baru pada tanggal 14 April 1964, RSUP diubah namanya menjadi RS. Kariyadi hingga sekarang ini. Nama Kariyadi yang digunakan bukannya tanpa arti. Dr. Karyadi adalah salah satu pahlawan dalam Pertempuran Lima Hari di Semarang yang wafat di tangan Jepang di Reservoir Siranda, saat memeriksa air minum di sana. Keadaan RS. Karyadi sekarang ini sudah mengalami berbagai pengubahan dan penambahan, diantaranya penambahan fasilitas kesehatan yang lebih modern yang menyebabkan adanya bangunan tambahan.
Reservoir Siranda
Rerumputan di sekitar dua bangunan Reservoir Siranda nampak terawat, terpotong rapi dengan tinggi yang setara. Jika melewati Jalan Diponegoro ke arah utara menuju Simpang Lima Semarang, bangunan tua peninggalan Belanda ini berdiri tepat di sisi kiri jalan.
Terdiri dari dua bangunan dengan angka tertera 1912 dan 1923 yang diyakini sebagai tahun berdiri. Luas seluruh lahan reservoir (bak penampungan/tandon air) 2500 meter persegi. Bangunan bertera 1912 mempunyai tinggi 4,7 meter berdiameter 32 meter. Bangunan kedua bertera 1923 berjarak 4 meter dari bangunan sebelumnya, mempunyai tinggi 2,5 meter dengan diameter 20 meter.
Sampai saat ini Reservoir Siranda masih berfungsi baik dan masuk dalam pemeliharaan PDAM Semarang. Dengan daya tampung 3750 meter kubik, reservoir ini mampu memenuhi kebutuhan air penduduk Simpang Lima, Gajahmada, Depok, Kauman dan Jurnatan. Sebagian pipa penyaluran air, misalnya antara Kalidoh (Babadan) hingga Rerservoir Siranda yang berjarak 20 km masih menggunakan penginggalan Belanda. (Sumber : Semarangloempia.net)
Jembatan Mberok
Jembatan ini merupakan penghubung utama antara jalan Pemuda dan Jalan Mpu Tantular, dibangun tahun 1705. Pada waktu itu, dilokasi Kota Lama yang disebut juga OUDSTADT dibagun benteng berbentuk segi lima, dinamai Benteng VIJHOEK, salah satu pintu gerbang benteng ini adalah Jembatan Berok yang waktu itu bernama DE ZUIDER PORT. Kemudian nama Jembatan ini berubah menjadi GOUVERNEMENTSBRUG. Nama ini didapat karena lokasinya berdekatan kantor Balai Kota, yang berlokasi di Gedung Keuangan GEDUNG PAPAK saat ini. Beberapa tahun kemudian, jembatan ini berganti nama dengan SOCIETEITSBRUG. Hal ini terjadi karena didekat jembatan tersebut berdiri Gedung Kesenian SOCIETEIT DE HARMONIE, berlokasi di Bank Eksim saat ini. Tahun 1824 dengan dibongkarnya dindin benteng VIJHOEK, jembatan ini mempunyai arti yang penting. Tahun 1910 jembatan ini diperbaiki dengan diberi lampu penerangan. Perbaikan besar terakhir dilaksanakan pada tahun 1980. Dinamai jembatan "BEROK" karena orang pribumi tidak bisa melavalkan kata "BURG" yang dalam bahasa Belanda berati jembatan.
PT. Perkebunan XV
Bangunan ini berbentu Eropa dengan tambahan 2(dua) menara disamping kiri dan kanan bangunan dibangun pada awal XIX dan digunakan untuk NV CULTUUR MAATSCHAPIPIJ DER VORSTENLANDEN yaitu perusahaan Belanda yang bergerak di bidang perkebunan dan pertanian. Perusahaan ini membuka cabang di Semarang pada tahun 1888. Pendirian perusahaan ini berkaitan dengan sejarah tanam paksa (Cultur Stelsel) di Hindia Belanda.
Rajawali Nunsindo
Bangunan setangkup dengan fasade tunggal. MEmiliki dua lantai dan tujuh trafe. Menghadap ke barat. Bentuk atap kombinasi antara limasan dan pelana. Terdapat hiasan pada ujung-ujung atap pelana. Atap ini ditutup dengan genteng. Terdapat serambi pada lantai 2 sana, dengan atap yang menyatu dengan bangunan utama. Atap pada serambi didukung oleh deretan kolom yang menerus dari lantai satu. Kolom ini dihubungkan dengan busur lengkap. Pintu utama dengan ambang datar dan memiliki panel krepyak. Jendela pada menara berupa panel glass in lood. Bangunan bergaya Renaissance, terutama pada gablenya yang berornamen corbel. Bangunan terkait pada sisi kanan bangunan ini adalah Cultuuur Mij der Vorstenlanden N.V. atau sekarang menjadi PTP XV. Disebelah depan bangunan terbentang Kali Semarang.
Pertama kali digunakan oleh Kolonial Bank sebagai kantornya. Kemudian pernah menjadiKAntor Dagang Oei Tiong Ham Concern milik Oei Tiong HAm (orang terkaya di Semarang pada masa itu). Kemudian setelah berakhirnya kolonial Belanda, bangunan ini diambil alih Republik Indonesia. Gedunk ini kemudian digunfsikan sebagai Kantor Panitia Urusan Utang Piutang Negara (PUPN). Sekarang digunakan oleh PT. Rajawali Nusindo. Hingga kini bangunan ini tidak banyak diubah dan keadaannya masih terawat baik.
Mara Bunta
Tampak bangunan Schouwburg sebagian dilewati oleh tembok benteng timur pada saat bagian kota ini masih berbenteng. Nama jalannyapun menjadi Ooster-wal straat. Ketika kemudian bangunan komidi ini didirikan, jalan tersebut menjadi Komidie straat.
Tanggal didirikanya bangunan ini belum dapat dipastikan, tetapi ada bebera dugaan yang dapat dijadikan bahan pertimbangan. Pada tahun 1854 di kalangan masyarakat Eropa berdiri sebuah pementasan tetap yang dikatakan berlangsung sebulan sekali. Kemungkinan besar Sshouwburg sudah ada pada masa itu dan dipakai oleh perkumpulan ini dan perkumpulan yang lain untuk mementaskan karya seni drama. Dugaan ini diperkuat oleh gaya bangunan lengkung busur dan kolom langsing yang ada di dalam auditorium merupakan dua hal yang digemari pada sampai dengan akhir abad yang lalu. Sistem dinding menyangga dan pasangan bata rollag di atas ambang pintu maupun jendela juga dapat memperkuat dugaan tersebut.
Bagaimanapun , Schouwburg mempunyai arti penting dalam perkembangan seni pentas terutama drama, tari dan musik di Semarang.
Pada awal kemerdekaan setelah tidak dipakai lagi sebagai gedung pertunjukan, gedung ini ditempai oleh yayasan Empat Lima, yang anggotanya antara lain mantan presiden Suharto dan almarhum Supardjo Rustam. Yayasan ini kemudian berganti nama menjadi Yayasan Kodam.
PT. Jakarta Lloyd (Persero)
Bangunan setangkup berfacade tunggal. Jumlah trafe pada tampak barat 5 dan pada tampak utara 14 dengan modul utama 3.00 meter. Bangunan berlantai 2 tetapi ada bagian yang berlantai tiga. Orientasi bangunan barat. Pondasi bangunan batu kali dan sistem struktur beton bertulang dengan kolom berbentuk silinder berjarak masing-masing 3.00 meter. JArak dari lantai ke pagu pada lantai 1 ialah 5,25 meter sedangkan pada lantai 2 ialah 5.00 meter. Pada bagian bawah dinding setinggi 1,50 meter dilapisi dengan plester semen kasar dan sisanya dengan plester dan dicat dinding. Atap bangunan berbentuk limasan dengan kuda-kuda mansard berjarak 2.50 meter. Bahan penutup atap ialah genteng yang didatangkan khusus dari negeri belanda. Lebar teritisan 2.00 meter dengan listplank dari beton selebar 1.00 meter. Usuk tidak terrendah. Bubungan diselesaikan tanpa hiasan. Tidak terdapat cornice. Pada sisi utara dan barat terdapat serambi, masing-masing selebar 3.00 meter dan 2,40 meter. serambi ini menyatu (ntegrated) dengan bangunan utama. Dalam bentuk aslinya serambi ini terbuka dan hanya diberi langkan, tetapi sekarang sebagian telah ditutup untuk ruangan kantor. Pintu dibuat dari panel jati yang dicat dan kaca, dengan bingkai dari kayu jati pula. Jendela terbuat dari kerangka besi kotak-kotak dan panelnya sebagian dari kaca es, sisanya kaca bening. Jendela tersebut dirangkai secara terpadu dengan lubang angin dari rooster bermotif geometri. Pada lantai 2 yang semula merupakan kantor sewa, jendela dibuat terpadu dengan counter pelayanan umum. Bangunan ini sesuai dengan penggunaan semula untuk kantor SMN dan kantor sewa - mempunyai dua. Vestibula utara berbentuk setengah silinder dengan tangga lengkungsampai ke lantai 3 yang merupakan ruang penunjang (kakus dan gudang). Bangunan ini dilengkapi dengan satu garasi pada lantai satu yang terhubung dengantangga khusus, baik dari lantai 1 maupun lantai 2. Pada lantai2 terdapat lubang yang dapat dibuka dankemungkinan dulu dipakai untuk menderek barang.
Tapak bangunan Kantor Djakarta Lloyd semula (abad XVIII) yang terletak diujung Jl. Mpu Tantular (d/h Wester - wal straat) dan Jl. Kutilang (Hoofdwacht straat) merupakan bagian dari 't Gouvernement atau kantor pemerintah Belanda. Setelah kantor pemerintah dipindahkan ke Gedung Papak di Jl. Bodjong, maka petak ini menjadi lapangan yang dinamakan Nederlandplein. Batas petak semula sampai menjorok ke Jl. Mpu Tantular sekarang akan tetapi di sebelah utara lebih mundur daripada batas sekarang. Pada tahap awal pembangunan maka diadakan pengaturan kembali bats tersebut dengan keputusan bahwa bagian barat tapak dipotong sampai segaris dengan bangunan disebelah selatannya Nederlandsche Handel Maatschappij (sekarang Bank Exim), dan sebagai kompensasinya batas sebelah utara dapat dimajukan ke jalan. Arsitek bangunan ini ialah H. Thomas Karsten yang ditugasi oleh perusahaan Stoomvaart Maatschappij Nederland (SMN), sebuah perusahaan angkutan perkapalan untuk merancang bangunan kantor cabangnya di Jawa pada tahun 1930. Perusahaan tersebut berdiri jauh sebelumnya di Negeri Belanda. Tidaklah menherankan apabila sebagai bahan bangunan yang dipakai pada bangunan ini didatangkan khusus dari Negeri Belanda, dengan kapal dagang yang dimiliki.
Asuransi Jiwa Sraya
Terletak di jalan Let.Jen Suprapto 23 - 25.Dibangun pada tahun 1920. Arsitek pembangunan gedung ini adalah HERMAN THOMAS KARSTEN. Seperti pada bangunan -bangunan rancangannya, gedung ini dirancang sesuai dengan iklim tropis. Bangunan ini terdiri dari 3 lantai, sampai saat ini digunakan untuk bangunan perkantoran.
PT. Pelni
Terletak di Jalan Mpu Tantular 27 dibangun pada awal abad XX. Semula bangunan ini ditempati oleh NV BOUW MAATSCHAPIJ. yaitu perusahaan yang bergerak di bidang Ekpedisi Muatan Kapal Laut. Gedung ini berada di tepi sungai, karena pada waktu itu sungai tersebut dapat dilayari kapal dengan ukuran yang besar, sehingga kapal dapat merapat dan melakukan bongkar muat didepan kantor.
Gereja Blenduk
Berusia lebih dari 200 tahun dan dijadikan "tetenger" (Landmark) kota Semarang. Terletak di Jalan Let Jend. Suprapto no.32. Dinamai gereja Blenduk karena dibagian atas 2 menara dan sebuah kubah besar. Kubah dalam bahasa Jawa berarti Blenduk. Bangunan ini mulai berdiri pada tahun 1753, digunakan untuk gereja NEDERLANDSCHE INDISCHE KERK. Gedung ini diperbaiki lagi pada tahun 1756, 1787, dan 1794. Pada tahun 1894 bangunan ini dirombak seperti keadaan sekarang. Arsitek pembangunan ini adalah HPA DE WILDE dan W WESTMAS. Keberadaan gereja ini berperan besar terhadap perkembangan agama kristen di Semarang.
Langganan:
Postingan (Atom)