Kamis, 26 September 2013

Hidden Heritage


Geliat Kota Lama Semarang dua tahun terakhir ini sudah mulai dirasakan oleh masyarakat kota Semarang dan komunitas Penggiat Kota Lama. Sangat terlihat jelas atmosfir social budaya masyarakat kota dalam mengisi kota lama yang pernah di juluki Little Nederland ini. Terdapat banyak komunitas kota yang kreatif dalam mengisi dan menghidupkan suasana Kota Lama. Mulai dari komunitas pecinta fotografi, sketsa arsitektur, sketsa seni, komunitas sejarah, music jazz, gambang semarang, drama, teater, sepeda tua, vespa, mobil tua dan masih banyak lagi.

Saya merasakan suasana guyup dan rukun dalam beraktifitas menghidupkan Kota Lama. Komunitas Oase, Arsisketur, Orat Oret, Ontel, Jazz Ngisorsingin dan Lopen merupakan penggagas dari Komunitas Penggiat Kota Lama. Pada bulan apa saya lupa, semua komunitas berikrar akan mengisi dan menghidupkan social budaya serta admosfir Kota Lama dengan kegiatan edukasi kreatif untuk masyarakat, yang tentunya di ruang-ruang publik di sela-sela gedung kota lama.
 
Bila kita melihat struktur dan pola ruang Kota Lama Semarang yang dulu dikenal dengan nama Oude Stad atau kawasan Kota Benteng, dengan tata bangunan kolonialnya. Kawasan  ini dulu pernah menjadi salah satu kota modern di Nusantara. Bangunan-bangunan kota lama ini merupakan prototype untuk model arsitektur Eropa. Sehingga sekarang dapat dikatakan dengan seperti museum out door yang besar tentang kota lama. Bahkan lebih besar dan luas dari Malaka.

Kota yang merupakan tempat aktifitas urban awalnya  di desain ruang terbuka dengan pedestriannya,  aktifitas berjalan kaki untuk berinteraksi social,  hanya saja perkembangannya berubah menjadi  tidak manusiawi lagi dengan mesin-mesin yang mendominasi aktifitas kota. Yah meskipun itu bagian dari mobilisasi masyarakat kota. Tapi paling tidak konsep awalnya sudah bergeser, sehingga ruang-ruang social kota untuk kegiatan kreatif masyarakat kota mulai berkurang. Sehingga aktifitas masyarakat dan kaum muda didalam mengekspresikan kretifitas mereka menjadi terbatasi.

Komunitas Penggiat Kota lama berupaya menghidupkan dan mengaktifkan ruang-ruang public sebagai ruang kreatif kota. Mereka melakukan kegiatan positif dan berkesenian di ruang-ruang public tersebut. Yang menjadi saya angkat topi adalah keguyuban, kerukunan dan kekompakan antar komunitas dalam mengisi kegiatan. Mereka satu dengan yang lain saling mendukung dan bekerja sama dalam kegiatan.
Salah satu kegiatan yang melibatkan komunitas adalah Hidden Heritage. Hidden Heritage adalah suatu kampanye pengaktifan kembali ruang terbuka public dengan memanfaatkan energy komunitas dan masyarakat secara umum dengan mengangkat isyu warisan budaya yang dikemas kreatif sehingga menciptakan pengalaman baru dalam berinteraksi.

Hidden Heritage juga merupakan eksperimen social yang terus berjalan untuk mengidentifikasi masyarakat urban terhadap ruang terbuka publik dan memfasilitasi diskusi antara berbagai pemangku kepentingan. Pada saatnya nanti dharapkan gerakan ini dapat memicu pemanfaatan ruang terbuka public dan meluasnya kecintaan terhadap warisan budaya bangsa. (bahasane dua alinea ini proposal banget yo mas..  hehehe)
Konsep dari kampanye ini adalah Pedestrian sebagai percontohan area ruang terbuka public dan akulturasi budaya kota Semarang (Jawa, Tionghoa, Melayu dan Belanda). Sedangkan aktifitas kampanyenya adalah bagaimana masyarakat dapat menikmati suasana keindahan kota lama lebih nyaman dengan adanya area pedestrian percontohan dan berbagai aktifitas seperti music, open air theater, pameran, kuliner dan berbagai macam kegiatan lain yang akan diselenggarakan. Selebihnya lokasi Hidden Heritage terbuka untuk dimanfaatkan untuk kegiata komunitas maupun kunjungan pribadi dan keluarga. Layaknya ruang public tidak ada pungutan ketika memasuki lokasi kegiatan kampanye Hidden Heritage.
 
Saya melihat acara Hidden Heritage yang diselenggarakan 6 – 8 September 2013 tersebut sukses, dan hal ini  berkat kerja sama seluruh masyarakat dan komunitas Penggiat Kota Lama serta stakeholder yang dengan guyub bisa bekerja sama dalam mengisi kegiatan yang lebih kreatif. Saya bisa menikmati aktifitas ruang terbuka public yang manusiawi dan penuh kreatifitas dari komunitas dalam berinteraksi social. Komunitas-komunitas tersebut antara lain adalah Komunitas Oase dengan memamerkan foto Kuno-Kini dari Kota Semarang, Komunitas Lopen yang merupakan komunitas sejarah dengan kegiatan di Gedung Spigel, Komunitas Orat Oret dengan membuka lapak sketsanya, Gambang Semarang, Jazz Ngisorringin dan lain-lain.. 

Berikut ini merupakan foto-foto dokumentasi dari acara Hidden Heritage. (Zen Shinoda, Foto : Akhyar Fikri dan Zen Shinoda)









Selasa, 02 April 2013

Satu Tahun Langkah Oase

OASE (‘Oudestad’ Art and Culture Semarang) yang lahir pada tanggal 1 April 2011 merupakan komunitas pecinta heritage dalam konteks seni dan budaya di Semarang, khususnya di Kota lama dan sekitarnya. OASE muncul tidak secara tiba-tiba, tetapi lebih merupakan proses atas keresahan yang sama terhadap kondisi yang memprihatinkan dari Kota Lama, baik dari sisi fisik bangunan, infrastruktur serta atmosphere kehidupan sosial, ekonomi, seni dan budayanya yang seolah menjadikan Kota Lama terlena dalam tidur pulasnya.
Personil OASE yang terdiri dari berbagai profesi, antara lain seniman, budayawan, arsitek, fotografer, pelajar, mahasiswa dan lain-lain, dalam mewujudkan keinginan bersama itu dengan menuangkannya ke dalam visi “Terciptanya Kota Lama sebagai ikon Budaya Kota” melalui semangat “MELAWAN LUPA”. Kami menyadari bahwa untuk mencapai itu banyak tantangan dan kendala yang akan dihadapi, karenanya dari awal OASE sangat menyadari tanpa kerja keras, kreativitas dan dukungan dari berbagai pihak pemangku kepentingan, tujuan itu akan sangat sulit tercapai.
Berangkat dari kenyataan itu, organisasi independen ini yang memiliki beberapa divisi yaitu : Oase-Fotografi, Oase-Art, Oase-Antique, Oase-Oldbike dengan penuh keterbatasan kemampuan, telah mencoba melakukan beberapa aksi simpatik yang bertujuan 'nguri-uri' sekaligus 'ngluluri' Kota Lama, antara lain :

  1. Save Our Heritage, pada tanggal 1 April 2012 yang merupakan launching OASE dengan thema promosi penyelamatan Kota Lama Semarang. b. Resik-resik Kota Lama, pada tangal 1 Oktober 2012.
  2. Menerbitkan KORAN KOTA LAMA pada bulan Oktober 2012.
  3. Menonton “Pasar Malam Koloniale Tentoonstelling 1914” pada tanggal 10 s/d 12 Desember 2012 di SMAN 1 Semarang.
  4. Acara Rutin Bulanan Januari : “Pamer Kaleng Djadoel” pada tanggal 5 s/d 6 Januari 2013.
  5. Acara Rutin Bulanan Februari : “Pamer Kertas Djadoel” pada tanggal 2 s/d 3 Februari 2013.
  6. Acara Rutin Bulan Maret : “Pamer Elektronik Djadoel” pada tanggal 2 s/d 3 Maret 2013.

Meskipun seluruh aksi yang telah dilakukan OASE itu dilakukan dengan penuh kesederhanaan, baik sarana prasarana maupun pendanaan, namun telah mampu menarik perhatian dari berbagai lapisan masyarakat, baik lokal maupun luar kota, hal ini tidak terlepas upaya promosi dari teman-teman wartawan baik media cetak/visual dari lokal maupun nasional.
Di samping kegiatan di atas, OASE seakan tidak pernah berhenti mempromosikan Kota Lama Semarang ke seluruh Indonesia maupun internasional melalui seni fotografi.
Kenyataan ini diakui majalah Intisari tanggal 5 Januari 2013, yaitu: “ OASE mengenalkan Kota Semarang melalui Foto”.
Dengan semakin dikenalnya OASE, bisa dimaklumi semakin banyak pecinta Kota Lama yang bergabung dengan komunitas ini. Hal ini menjadikan OASE semakin termotivasi untuk melakukan aktivitas yang lebih baik, variatif dan terarah.
OASE sangat mendukung berkembangnya komunitas-komunitas baru di kawasan Kota Lama, karena setidaknya berdampak pada semakin variatifnya kegiatan dengan ranah dan aktualisasi masing-masing yang pada akhirnya menumbuhkan semaraknya Kota Lama.
Karena itu OASE selalu berusaha bergandeng tangan pada siapa saja, baik kelompok / individu yang memiliki tujuan menghidupkan Kota Lama dan OASE selalu berprinsip : Bersama Kita Bisa!!!


(Foto dan desain : Akhyar Fikri, Teks : Harry Suryo)

OASE (‘Oudestad’ Art and Culture Semarang) which was established on 1st April 2012 is a heritage-lovers community in the context of Semarang art and culture especially the “Old Town” and its surroundings.
OASE was not set up accidently but was more like a process of similar anxiety toward the pity condition of “Old Town” in both physical building, infrastructure and even the atmosphere of social life, economy, art and culture which seem to make the “Old Town” asleep at a loose end.
OASE members consist of various professions such as artist, cultural experts, architects, doctors, photographers, students, college students and so on. In reaching their similar dream, they convey a vision saying “Creating ‘Old Town’ to be the City Cultural Icon” through the spirit of “against forgetfulness”. We realize that to achieve the goal, there are lots of challenges and obstacles to face, therefore from the beginning, OASE really understands that without hardworking, creativity and support from all stake holders, the goal will be very difficult to be true.
Considering that fact, this independent organization which has formed some divisions, they are : OASE Phptography, OASE-Art, OASE_Antique, OASE-Oldbikers, lacking of capability, have tried to do some sympathic actions in order to ‘nguri-uri’ (maintaining) and also “ngluluri’ (cheering) the Old Town, they were :
 

  1. Save Our Heritage, on 1 st 2012 which was also the OASE launching with the theme of saving promotion of ‘Old Town’ Semarang; 
  2. City Cleaning Day, on 1st October 2012;
  3. “KORAN KOTA LAMA” publishing in October 2012;
  4. Watching “Koloniale Tentoonsteling” on 10-12 Desember 2012 in Senior High School ! Semarang;
  5. Routine Agenda in January : “Old Tins Exhibition” on 5-6 January 2013;
  6. Routine Agenda in February 2013 : “Old Papers Exhibition”, on 2-3 February 2013;
  7. Routine Agenda in March : “Old Electronics Exhibition” on 2-3 March 2013.
Through all the OASE efforts were done in simplicity both facilities and funding, however all have suceeded in attracting people’s attention from local and national.
Besides those events, OASE seems never tired promoting “Old Town” Semarang to entire Indonesia and international level through the art of photography. It was published by Intisari News on 5 January 2013 “OASE promoted Semarang through Photographs”.

The more popular OASE is, it is acceptable if the the more “Old Town” lovers join in the community.It motivates OASE to do more and better events, more various and focus.
OASE really supports the developments of new communities in “Old Town” area. It leads to the more various activities in their own direction and actualization in which in the end shining up the lively “Old Town”.
That’s why OASE always tries to cooperate with everyone both individuals or groups to revive “Old Town”. OASE always believes : TOGETHER WE CAN !!!

(Design & Photo : Akhyar Fikri, Text : Harry Suryo)