Sabtu, 13 Agustus 2011

Gedung Marba

Gedung Marba dibangun pada pertengahan abad XIX, terletak di Jl. Let. Jend. Suprapto no. 33 yang waktu itu bernama DE HEEREN STRAAT merupakan bangunan 2 lantai dengan tebal dinding ± 20 cm. Bangunan ini berdiri sekitar pertengahan abad XIX. Pembangunan ini diprakarsai oleh MARTA BADJUNET, seorang warga negara YAMAN, merupakan seorang saudagar kaya pada jaman itu. Untuk mengenang jasanya bangunan itu dinamai singkatan namanya MARBA. Gedung ini awalnya digunakan sebagai kantor usaha pelayaran, Ekspedisi Muatan Kapal Laut (EMKL). Selain kantor tersebut digunakan pula untuk toko yang modern dan satu-satunya pada waktu itu, DE ZEIKEL. Setelah pensiun, perusahaan pelayarannya dipegang oleh anaknya MR. MARZUKI BAWAZIR. Saat ini bangunan ini tidak ada aktivitasnya dan digunakan untuk gudang.(sumber semarang.go.id, foto by Zen Shinoda)

Toko Oen Semarang


Toko Oen berada di Jl. Pemuda no. 77 Semarang ini merupakan bangunan setangkup dengan facade tunggal. Jumlah trafe empat pada bagian utara.Orientasi bangunan ke utara. Pondasi dari batu dengan sistem struktur dari batu bata. Dinding dar ibatu bata dan pada kaki bangunan diberi penyelesaian batu pecah, sedang sisanya dengan plesterdan dicat. Terdapat penonjolan kolom yang mengapit pintu masuk. Atap bangunan berbentuk limasan, dengan bahan penutup dari genteng. Tritisan berupa atap tambahan yang berbentuk lengkung dari seng yang dicat. Terdapat talang pada atap tambahan. Bagian pintu masuk menghadap ketimur laut (menyorong), dan diatasnya terdapat jendela loteng tyang berfungsi sebagai ventilasi. Disepanjang facade timur dan utara terdapat jendela loteng yang berderet dan berbentuk persegi. Jendela loteng tersebut dinaungi oleh penebalan dinding di sekelilingnya. Pintu masuk utama berdaun ganda dengan panel kayu. Terdapat bouvenlicht dari kaca diatasnya. Pintu masuk samping menghadap keutara, berdaun ganda dengan panel kayu. Ambang pintu datar. Jendela yang berukuran besar terdapat disepanjang facade timur dan utara. Jendela berdaun ganda dan berpanel kayu. Terdapat bouvenlicht kaca diatasnya. Bangunan Restoran Oen ini tidak mempunyai halaman yang luas. Gang yang kosong di bagian timur bangunan digunakan sebagai tempat parkir disamping jalan depan restoran ini sendiri.

Restoran Oen ini semula dimiliki oleh orang inggris bernama Grillroom. Kemudian pada tahun 1935 dibeli oleh seorang cina bernama Oen Tjoe Hok, kemudian diwariskan kepada Oen Liem Hwa. Sedangkan manager yang mengelola operasi restoran ini bernama Djoa Kok Tie. Restoran Oen terdapat di semua kota besar di Jawa, antara lain Jakarta, Semarang, dan Surabaya. Kemudian diwariskan kepada anak-anaknya. Sehingga Restoran Oen yang ada di Semarang ini dikelola oleh keluarga Mergaradjasa. Kini Restoran Oen selain sebagai rumah makan juga sebagai toko yang menjual roti. Bangunan ini masih terawat dengan baik, dan dilakukan beberapa perombakan khususnya pada bagian belakang bangunan. (sumber : semarang.go.id)

Komplek Susteran Fransiskanes




Komplek Susteran Fransiskanes yang memanjang dari Jl. R.Patah sampai Jl. Setasiun Tawang terdiri atas bangunan kapel, susteran, TK Santa Theresia, SD Santa Clara dan balai pengobatan. Bagnunan yang kelihatan menonjol adalah kapel, yang merupakan bangunan setangkup dengan facade tunggal tidak bertingkat. Pintu masuk kapel ini tidak menghadap kejalan, seperti pada umumnya, akan tetapi membelakangi jalan. Yang lebih dipentingkan disini rupa-rupanya bagian altar diletakkan pada bagian timur supaya cahaya matahari dapat masuk kedalam ruang altar melewati kaca berbingkai timah yang berwarna-warni. Ruang altar ini benar-benar ditonjolkan dengan struktur tersendiri yang berbentuk segi banyak. Pondasi dari batu memikul srtuktur dinding bata yang terendah. Jendela dengan bentuk ambang atas meruncing ke arah atas, mewakili gaya arsitektur Gotik. Atap bangunan pelana yang menjulang tinggi dengan belvedere kecil di puncaknya yang memiliki atap meruncing pula. Bangunan ini dibatasi dengan jalan raya dengan pagar tembok yang cukup tinggi. Bangunan sekolahnya, juga merupakan bangunan setangkup dengan fasade tunggal dan bertingkat. Bentuk atapnya pelana majemuk yang bersilang. Strukturnya juga dari dinding batu bata memikul yang trrendah. Jendela dengan daun ganda dengan krepyak, pada bagian atas jendela terdapat jendela list dengan bentuk lengkung (laantai1) dan setengah lingkaran (lantai 2). Jelas sekali pengaruh gaya Renaissence di sini. Bangunan lain yaitu terletak di sudut pertemuan Jl. Ronggowaarsito dengan Jl. R.Patah, menonjolkan batu bata terendah pula. Seluruh komplek ini dipagari oleh tembok yang cukup tinggi disisi Jl.Ronggowaarsito, dengan beberapa bukaan berupa gerbang.

Pada tahun 1808 Pastor Lambertus Prinsen memprakkarsai pendirian Rumah Yatim Piatu Katholik di Semarang. Dua puluh tahun kemudian, tanah tempat Rumah Sakit Tentara di beli dan belakangan dipakai untuk susteran ketika seeklompok suster dari ordo Fransiskanes datang pada tahun 1870. Komplek susteran ini dirancang oleh seorang arsitek Belanda M.NEstman. PErletakan batu pertamanya dilakukan pada tanggal 16 Pebruari 1906, seperti tertulis pada prasasti di komplek itu. Susteran ini pernah menjadi PAnti Asuhan Katholik (RK Weeshuis) untuk putra. Pada tanggal 15 juni 1915 karena diperoleh lahan yang lebih lapang di Jl.dr.Wahidin, bagian putra dipindahkan kesana dan di kompleks Susteran ini hanya diasuh anak-anak perempuan. Pada masa menjelang akhir pendudukan Belanda, komplek ini menjadi markas tentara Gurkha.(sumber : semarang.go.id)

Masjid Besar Kauman



Masjid Besar Semarang, atau yang sering disebut masjid kauman merupakan masjid kuno yang mempunyai ciri khas. Komplek masjid ini dibatasi oleh pagar tembok dan pagar besi. Masjid ini mempunyai gapura dengan tertara empat inskripsi pembangunan masjid dalam empat bahasa. Masjid ini mempunyai ciri arsitektur pantai utara jawa, bila dilihat dari bentuk atapnya. Namunjika dilihat dari pintu gerbang masjid dengan lengkung-lengkung pintunya yang berbentuk rangkaian daun waru, maka masjid kauman juga mempunyai ciri arsitektur PErsi atau Arab. Pondasi dari batu yang memikul struktur yang terdiri dari dinding batu bata dengan kolom-kolom ditengah yang banyak dengan dimensi yang cukup besar. Denah masjid ini terdiri dari ruang ibadah utama, ruang ibadah wanita, ruang berwudhu dan serambi. Bentuk ruang ibadah utama adalah bujur sangkar. Didepan serambi terdapat menara. Pada serambi kiri, kana dan depan terdapat tiang-tiang yang terbuat dari kayu dengan konsol-konsol besi. Pada serambi ini terdapat balok kayu yang berfungsi sebagai penyangga atap serambi dan teritisan dari seng gelombang. Kolom-kolom yang terdapat pada ruang ibadah utama mempunyai diameter kurang lebih satu meter dan tebel dindingnya 80cm. Bentuk atap limasan bertingkat tiga, dan puncaknya diberi hiasan mustaka yang bentuknya mengingatkan kita pada mustaka Mesjid Agung Demak di Kadilangu. Bahan atap dari genting. Entrance utama berupa gerbang masuk gapura dan pada samping (tepatnya pada jalan alun-alunbarat) terdapat pintu masuk. Diatas pintu terdapat lubang angin dengan bentuk lengkung bususr yang atasnya lancip. Lubang angin ini dilengkapi dengan ornamen-ornamen. Jendela juga diselesaikan dengan ornamen. Pada ruang mihrab yang dulu berbentuk busur kini terlihat lancip dengan langit-langit dari beton berbentuk parabola. Jendela imam diselesaikan dengan ornamen ukiran kayu. Lantai bangunan dinaikan dan dicapai dengan tangga. Lantai ini terbuat dari tegel porselin.

Masjid Kauman merupakan rangkaian perkembangan dari sejarah pembangunan masjid di Semarang. Masjid pertama di Semarang. Masjid pertama di Semarang dulu terletak di daerah mugas yang didirikan oleh Kyai Ageng PAndana Arang. Ketika beliau hijrah ke kota Semarang bagian bawahan dan mendirikan kabupaten bubakan dan mendirikan masjid sebagai tempat ibadah. Namun letak dari masjid itu tidak dapat dipastikan. Peta kuno Semarang tahun 1965 yang tersimpan di Rijks Archief di belanda, menggambarkan bahwa pada waktu masjid Semarang terletak di sebelah timur laut dari kabupaten semarang yaitu di daerah Pedamaran. Pada tahun 1741 masjid itu beralih ke suatu kawasan yaitu kawasan dimana sekarang berdiri Masjid Besar Semarang. Pembangunan masjid yang terletak di komplek alun-alun Semarang itu merupakan suatu masjid paling besar di Semarang yang akhirnya mengabadikan nama Kyai Adipati Surohadimenggola II sebagai pendiri pertama Masjid Besar Kauman Semarang. Hasil pembangunan masjid itu hanya dinikmati dalam waktu singkat karena masjid tersebut terbakar. Peristiwa itu terjadi pada hari jum'at tanggal 11 April 1883 jam sembilan malam. Pembangunan kembali masjid ini dimulai pada tanggal 23 April 1889 atas bantuan G.I.Blume, Asisten Residen Semarang dan Kanjeng Bupati Semarang Raden Tumenggung Ckrodipoero. PEmbangunan diselesaikan pada tanggal 23 November 1890 yang dapat dilihat pada inskripsi yang tertera pada pahatan di sisi gapura masjid. Masjid ini sekarang dikenal dengan sebutan MAsjid Kauman dan semakin meningkat aktivitasnya. Penambahan ruang-ruang disamping bangunan utama yang meliputi kantor pengelola, ruang wudhu dan menara dari rangka baja. (sumber : semarang.go.id)

Jembatan Mberok


Jembatan Mberok merupakan jembatan yang melintas Kali Semarang dan menghubungkan antara Kota Lama dengan Jl. Pemuda. Orien tasi jembatan adalah Timur - Barat. Jembatan dibentuk dari empat buah kolom utama dengan bentuk menyerupai obelisk, dan pada puncak kolom terdapat lampu yang cukup unik. Bentuk tiang jembatan berok menyerupai tiang pada taman di depan stasiun Tawang. Pagar pembatas jembatan terbuat dari besi. Pada sebelah barat jembatan terdapat Gedung Kas Negara, dan sebelah TImurnya, terdapat Bank Exim dan PTP XV.

Dahulu, jembatan ini berfungsi untuk menghubungkan Kota lama/Oud Standt yang dipagari dengan benteng berbentuk segi lima (Benteng Vijfhoek) dengan bagian kota yang lain. Namun setelah benteng ini dibongkar pada tahun 1842, jembatan ini dibiarkan saja. Jembatan ini terletak pada Gerbang barat atau Gouvernementsport. Gerbang barat merupakan salah satu dari gerbang benteng oud stadt, selain gerbang selatan atau de Zuider Port (di mulut Jl. Suari) dan gerbang TImur atau Oost port (jl. Raden Patah). Jembatan berok sempat bernama Gouvernementsbrug diganti dengan Sociteisbrug. Namun sekarang terkenal dengan sebutan Jembatan Berok. Nama Berok kolom ini berasal dari pelafalan Brug oleh pribumi. Bentuk kolom pada jembatan ini sudah beberapa kali diubah. Pertama kali terbuat ari kayu dan sangat sederhana. Sebelum tahun 1910, bentuknya lebih pendek dan gemuk, serta memiliki 'antena' pada puncaknya. Masih terdapat jalur pemisah di tengah jalan. Selain itu pagar besinya masih membentuk silang. Kemudian sebelum tahun 1980, kolom diubah dengan menambahkan lampu pada ujungnya. Bentuknya juga menjadi lebih tinggi dan masif. Railingnya sudah diubah menjadi deretan besi, serupa dengan kondisi sekarang. Dan setelah diubah lagi menjadi kondisi sekarang, kolom masih memiliki lampu, namun dengan bentuk kolom yang jauh lebih sederhana.

(sumber : semarang.go.id)

Jumat, 12 Agustus 2011

Tapak Tilas Kota Semarang dari Pendaratan Cheng Ho Sampai Kemerdekaan

Sejarah kota Semarang dari sumber berita tionghoa yang terdapat di klenteng Sam Po Kong di Semarang. Sumber berita (kronik) ini ditemukan oleh Residen Poortman pada tahun 1928 pada waktu menggeledah klenteng Sam Po Kong terkait dengan pemberontakan komunis di Hindia Belanda. Temuan ini tidak dipublikasikan karena mengandung hal yang sangat sensitif. Saya ambil yang ada hubungannya dengan sejarah kota semarang :

1413

Armada Tiongkok dinasti Ming selama satu bulan singgah di Bergota (nama Semarang dahulu) untuk perbaikan kapal-kapal. Mereka juga mendirikan masjid . Laksamana Sam Po Bo (Cheng Ho), Ma Huan dan Fe Tsin bersembahyang disini. Lalu pada tahun2 berikutnya agama Islam yang dibawa pendatang dari Tiongkok berkembang pesat. Para pendatang dari Tiongkok ini kemudian banyak yang menetap. mereka membawa teknologi baru tentang pembuatan kapal dan senjata mesiu. Di Bergota (Semarang) didirikan galangan kapal yang sangat besar pada masa itu, juga pabrik mesiu yang memproduksi mercon dan meriam.

1433
Saat Laksamana Cheng Ho wafat, di masjid Bergota diadakan shalat gaib.

1450-1475
href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjwWCswnpO0JbwkG5K0TEZ7rFUikbkOmnRnQbMnmKPTeL_mNa-ebs3wapauY7jHgE9DKLWWLooQETQFZ_E4dKyyFaquzXfNQIgNDHXwfON1Mbbqq9ExLdEaFsEFR9PvhVTRTZYNBR92Ktk/s1600/Sampokong+1.jpg"> Dikarenakan Tiongkok/dinasti Ming sudah sangat merosot, ekspedisi pun di hentikan. Dan dikarenakan tidak adanya lagi orang2 muslim Tionghoa yang datang, masyarakat penetap Tionghoa dan keturunan Tionghoa muslim menjadi merosot. Masjid Laksamana Cheng Ho di Bergota (Semarang) berubah menjadi Klenteng Sam Po Kong. Jadi dapat disimpulkan bahwa Sam Po Kong bukan hanya petilasan tempat mendaratnya Cheng Ho, namun pernah didirikan masjid disana.

1474
Raden Patah (Panembahan Jimbun) dan Raden Kusen singgah di Bergota. Raden Patah menangis melihat masjid Sam Po Bo menjadi Klenteng. dan berjanji akan membuat masjid di daerah tersebut yang selamanya akan tetap masjid.

1475
Raden Patah dianugrahi wilayah di sebelah timur Semarang di kaki gunung Muria oleh Sunan Ampel dan mendirikan kerajaan Islam Demak.

1477
Raden Patah merebut Bergota (Semarang) dengan tentara Islam Demak yang hanya sebesar 1000 orang. Raden Patah mendahului ke Klenteng Sam Po Kong dan melindungi dari segala gangguan. Raden Patah tidak membunuh orang2 Tionghoa bekas Islam di Semarang, karena membutuhkan keahlian teknis mereka, terutama di bidang perkapalan. Dan orang Tionghoa bukan Islam di Semarang berjanji akan tunduk pada Demak.

1478
Raden Kusen menjadi penguasa di wilayah Semarang dan membuka kembali pengergajian kayu jati dan galangan kapal yang dahulu dirintis oleh Laksamana Cheng Ho. Raden Kusen juga bertugas untuk membangun daerah Bergota menjadi bandar yang besar.

1481
Para pekerja galangan kapal di Semarang dikerahkan untuk membantu pembangunan masjid Agung Demak. Saka guru tiang masjid dikonstruksi menurut tiang kapal yang kuat dan kokoh, yaitu terdiri dari potongan2 kayu (tatal) yang disatukan.

1509
Sultan Yunus (Pangeran Sabrang lor, Adipati Unus) putra dari Raden Patah mengunjungi galangan kapal di Semarang yang saat itu sedang gencar berproduksi dalam rangka menyerang Malaka. Tahun 1512 Malaka dikuasai oleh Portugis. Tahun 1521 Adipati Unus menyerang lagi namun gagal dan beliau tewas.

1529
Raden Kusen wafat. Jenasahnya diantarkan ke Demak. ikut serta seluruh penduduk Bergota mengantarkan, Islam dan bukan Islam.
Penguasa Bergota dijabat oleh Sunan Prawata.

1541
Dengan bantuan orang Tionghoa bukan islam di Bergota, Sunan Prawata menyelesaikan 1.000 kapal jung besar yag masing2 memuat 400 prajurit. Sultan Trenggana (ayah Prawata) akan memulai ekspedisi ke kepulauan Timur(Indonesia Timur). Orang2 Tionghoa bukan Islam di Bergota siang malam membanting tulang di galangan kapal.

1546
Sultan Trenggana wafat dalam ekspedisi di Kepulauan Timur, Sunan Prawata naik tahta di Demak. Arya Penangsang dari Jipang menyerbu Demak. Seluruh kota dan keraton Demak musnah, kecuali mesjid. sunan Prawata terdesak mundur dan bertahan di galangan kapal di Bergota. Tentara Jipang mengepung. Bergota di bumi hanguskan kecuali klenteng dan masjid. Termasuk juga galangan kapal dibakar sampai habis. Sunan Prawata tewas.

Sejarah kemudian mencatat Arya Penangsang kemudian dikalahkan oleh Jaka Tingkir (Sultan Hadiwijaya) dari Pajang. Kemudian Sultan Hadiwijaya setelah berkonsultasi dengan Sunan Kalijaga menunjuk Raden Pandan Arang sebagai pengganti Sunan Prawata sebagai Bupati Asemarang.

2 Mei 1547
Setelah konsultasi dengan Sunan Kalijaga, Sultan Hadiwijaya dari Pajang mengangkat Pandan Arang sebagai Bupati pertama Semarang, bertepatan dengan Maulid Nabi Muhammad SAW , tgl 12 Rabiul Awal 954 H atau 2 Mei 1547. Bergelar Kyai Pandan arang.Tanggal tersebut ditetapkan sebagai hari jadi kota Semarang.

1650
Ladang tembakau pertama kali ditanam di daerah perbukitan Semarang dan sekitarnya.

1678
Amangkurat II dari Mataram, berjanji kepada VOC untuk memberikan Semarang sebagai pembayaran hutangnya, dia mengklaim daerah Priangan dan pajak dari pelabuhan pesisir sampai hutangnya lunas.

1682
Negara Bagian Semarang ditetapkan oleh Belanda

21 Agustus 1697
Sebuah kapal VOC karam di dekat Semarang
Nama : Bronstee
Tipe : Kat
Digunakan dari 1685 –21 agustus 1697 oleh VOC
Kapten : Jakob Barendsz Sonbeek

1704
Pangeran Puger melarikan diri dari Mataram di Kartasura ke Semarang mencari perlindungan VOC karena akan dibunuh oleh Amangkurat III yang cemburu akibat kekuasaan.
Pangeran Puger mendapatkan dukungan Cakraningrat II dari Madura dan membujuk VOC untuk menerima Puger sebagai Susuhunan Pakubuwono I. Pasukannya menaklukkan Demak.

1705
Amangkurat III mengirimkan utusan ke VOC di Semarang, tetapi terlambat karena VOC sudah terlanjur menerima Pangeran Puger. Kedua perwakilan dikirm ke Batavia secara bersamaan.

18 Maret 1705
VOC di Batavia menerima Pangeran Puger sebagai Susuhunan Pakubuwono I dan mengirim bala bantuan ke Semarang. Dengan pasukan gabungan dari VOC, Semarang dan Madura , Pakubuwono I menyerang Amangkurat III di Kartasura dan menang.

19 Juni 1705
Susuhunan Pakubuwono I meresmikan kantor perwakilannya di Semarang

5 Oktober 1705
Susuhunan Pakubuwono I membuat perjanjian dengan VOC apabila membantu untuk merebut Kartasura, isi perjanjiannya antara lain menyerahkan Semarang kepada VOC sebagai pembayaran hutang Mataram, Madura Timur menjadi wilayah VOC, VOC mendapatkan hak istimewa perdagangan dan nelayan pribumi hanya melaut di wilayah terbatas.
Semarang resmi menjadi kota milik VOC.

1740
VOC di Batavia mulai memindahkan orang-orang Tionghoa ke Ceylon (Srilanka) atau afrika Selatan, beredar desas desus bahwa orang-orang Tionghoa tersebut dibantai ditengah lautan. Para pemukim Tionghoa memberontak. Sebagai balasan di Batavia terjadi kerusuhan Anti-Tionghoa, 10.000 penduduk Tionghoa tewas dan daerah Pecinan dibakar habis.

1741
Para pelarian Tionghoa dari Batavia dibantu pribumi menyerang benteng VOC di Semarang dan Rembang. Di Rembang semua personil VOC yang tersisa dan tidak sempat melarikan diri dibunuh.
Atas pengaruh Patih Natakusuma, Pakubuwana II berpihak pada pemberontak pribumi dan Tionghoa, mengerahkan pasukan sejumlah 20.000 pribumi dan 3500 Tionghoa 30 senapan untuk mengepung Semarang.
Perlawanan VOC di Kartasura dapat dihancurkan. Cakraningrat IV dari Madura menawarkan bantuan. VOC mengerahkan bantuan ke Semarang dan berhasil memadamkan pemberontakan.
atas rekomendasi Van Imhoff, Gubernur Jendral VOC saat itu Adriaan Valckenier dibebas tugaskan dan diganti oleh Johannes Thedens.
Pasukan Mataram dan pemberontak Tionghoa menyerang kota-kota pesisir utara, tetapi pengepungan kota Semarang tidak berhasil.

1749
VOC menetapkan Bupati sebagai kepala pemerintahan orang – orang pribumi di Semarang.

13 Juli 1753
Pembangunan Gereja Protestan pertama di Semarang (Gereja Blenduk)

1754
Jalur Pos pertama antara Semarang – Batavia, Cheribon dan Tegal.

1772
Pembangunan Kelenteng Tay Kak Sie di Jalan Lombok

1810
Pembukaan Perusahaan Jalur Pos Regular yang menggunakan kuda, dipimpin oleh Direktur Kantor Pos dan Jalan Raya.

1814
Lahirnya Raden Saleh Sarief Bustaman ( dikenal sebagai Raden Saleh Danoediredjoe). Seniman pribumi pertama yang melukis gaya barat.

29 Mei 1827
Kota Semarang mendapatkan lambang kota (banner)


Logo semarang jaman dulu


1857
Pembukaan kantor telegram tujuan Batavia-Semarang-Ambarawa-Soerabaja

17-18 Agustus 1860
Pemberontakan di Württembergse Kazerne (barak) di Jalan Djoernatan. Pelakunya pada dasarnya tentara KNIL berbangsa Swiss. 4 orang tewas dan 15 terluka. Setelah pemberontakan kurang lebih 35 tentara digantung di alun-alun.

1862
Tiang (Kotak) surat pertama ada di Semarang.

1881
Peresmian N.V. Semarang- Joana Stoomtram Maatscappij (SJS), perusahaan kereta api yang menghubungkan antara Semarang - Demak, Koedoes, Joana (Juwana ), Rembang and Lasem.
Pembukaan jalur telepon lokal (dalam kota)
Peresmian N.V.Semarang-Cheribon Stoomtram Maatscappij (SCS) (Semarang-Cheribon Steam-Tram Company). Jalur kereta api yang menghubungkan Semarang - Kendal, Tegal, Pekalongan and Cheribon. Juga disebut Suikerlijn (Jalur Gula).
Stasiunnya sekarang menjadi stasiun Poncol.

1894
Hubungan telepon ke Batavia-Semarang-Surabaja dibuka
Jalur kereta api pertama antara Batavia-Semarang-Surabaja

1906
Stanblat Nomor 120 tahun 1906 dibentuk Pemerintah Gemeente. Pemerintah kota besar ini dikepalai oleh seorang Burgemeester (Walikota). Sistem Pemerintahan ini dipegang oleh orang-orang Belanda

1907
Pembangunan NIS Building (Nederlandsch Indishe Spoorweg Maatschappij), Kantor Jawatan Kereta Api atau
sekarang dikenal sebagai Lawang Sewu

1916
Walikota pertama Semarang, Ir.D de Iongh (sampai 1927)

21 Juni 1911
"St Aloysius Broeder School" didirikan di Gedangan .

1919
Perwakilan terpilih pertama dari pribumi di Balaikota. Bp Kasan, Semaoen dan Sanjoto dari “Sarekat Islam”.

1920
Dibawah pengaruh pemerintah Kolonial Belanda, PKI (Partai Komunis Indonesia) dideklarasikan di Semarang.
Semarang saat itu mendapat julukan "Kota Merah"

1927
Walikota A Bachus dan HE Boissevain sampai maret 1942
Alderman pertama Semarang : Cohen, schuling, slamet dan Tan Tiong Khing.

1928
Penerbangan pertama dari KNILM ("Konigklijke Nederlands-Indische Luchtvaartmaatschappij"), dari Batavia-Semarang di Lapangan Udara Simongan.

1929
Penerbangan pertama KNILM Soerabaja-Semarang di Lapangan Udara Simongan

1930
Penerbangan pertama KNILM Bandung-Semarang di Lapangan Udara Simongan

1942
Semarang dikuasai Jepang. Pada masa Jepang terbentuklah pemerintah daerah Semarang yang di kepalai Militer (Shico) dari Jepang. Didampingi oleh dua orang wakil (Fuku Shico) yang masing-masing dari Jepang dan seorang bangsa Indonesia.

14 –19 Oktober 1945
Dikenal dengan Pertempuran Lima Hari di Semarang melawan Jepang yang menolak menyerahkan senjata kepada rakyat Indonesia.

1945
Walikota pribumi pertama, Moch.lchsan (sampai 1949)

1949
Walikota Koesoebiyono (1949 - 1 Juli 1951)

Februari 1950
Kekuasaan diberikan ke komandan KMKB Semarang

1 April 1950
Mayor Suhadi, Komandan KMKB menyerahkan kepala pemerintahan Semarang kepada Koesoedibyono, pegawai tinggi di Kementrian Dalam Negeri di Jogjakarta.

Sejarah Kota Semarang


Sejarah Semarang berawal kurang lebih pada abad ke-8 M, yaitu daerah pesisir yang bernama Pragota (sekarang menjadi Bergota) dan merupakan bagian dari kerajaan Mataram Kuno. Daerah tersebut pada masa itu merupakan pelabuhan dan di depannya terdapat gugusan pulau-pulau kecil. Akibat pengendapan, yang hingga sekarang masih terus berlangsung, gugusan tersebut sekarang menyatu membentuk daratan. Bagian kota Semarang Bawah yang dikenal sekarang ini dengan demikian dahulu merupakan laut. Pelabuhan tersebut diperkirakan berada di daerah Pasar Bulu sekarang dan memanjang masuk ke Pelabuhan Simongan, tempat armada Laksamana Cheng Ho bersandar pada tahun 1405 M. Di tempat pendaratannya, Laksamana Cheng Ho mendirikan kelenteng dan mesjid yang sampai sekarang masih dikunjungi dan disebut Kelenteng Sam Po Kong (Gedung Batu).

Pada akhir abad ke-15 M ada seseorang ditempatkan oleh Kerajaan Demak, dikenal sebagai Pangeran Made Pandan (Sunan Pandanaran I), untuk menyebarkan agama Islam dari perbukitan Pragota. Dari waktu ke waktu daerah itu semakin subur, dari sela-sela kesuburan itu muncullah pohon asam yang arang (bahasa Jawa: Asem Arang), sehingga memberikan gelar atau nama daerah itu menjadi Semarang.

Sebagai pendiri desa, kemudian menjadi kepala daerah setempat, dengan gelar Kyai Ageng Pandan Arang I. Sepeninggalnya, pimpinan daerah dipegang oleh putranya yang bergelar Pandan Arang II (kelak disebut sebagai Sunan Bayat atau Sunan Pandanaran II atau Sunan Pandanaran Bayat atau Ki Ageng Pandanaran atau Sunan Pandanaran saja). Di bawah pimpinan Pandan Arang II, daerah Semarang semakin menunjukkan pertumbuhannya yang meningkat, sehingga menarik perhatian Sultan Hadiwijaya dari Pajang. Karena persyaratan peningkatan daerah dapat dipenuhi, maka diputuskan untuk menjadikan Semarang setingkat dengan Kabupaten. Pada tanggal 2 Mei 1547 bertepatan dengan peringatan maulid Nabi Muhammad SAW, tanggal 12 rabiul awal tahun 954 H disahkan oleh Sultan Hadiwijaya setelah berkonsultasi dengan Sunan Kalijaga. Tanggal 2 Mei kemudian ditetapkan sebagai hari jadi kota Semarang.

Kemudian pada tahun 1678 Amangkurat II dari Mataram, berjanji kepada VOC untuk memberikan Semarang sebagai pembayaran hutangnya, dia mengklaim daerah Priangan dan pajak dari pelabuhan pesisir sampai hutangnya lunas. Pada tahun 1705 Susuhunan Pakubuwono I menyerahkan Semarang kepada VOC sebagai bagian dari perjanjiannya karena telah dibantu untuk merebut Kartasura. Sejak saat itu Semarang resmi menjadi kota milik VOC dan kemudian Pemerintah Hindia Belanda.
Kantor KPM (Koninklijke Paketvaart Maatschappij) di Semarang (1918-1930)

Pada tahun 1906 dengan Stanblat Nomor 120 tahun 1906 dibentuklah Pemerintah Gemeente. Pemerintah kota besar ini dikepalai oleh seorang Burgemeester (Wali kota). Sistem Pemerintahan ini dipegang oleh orang-orang Belanda berakhir pada tahun 1942 dengan datangya pemerintahan pendudukan Jepang.

Pada masa Jepang terbentuklah pemerintah daerah Semarang yang dikepalai Militer (Shico) dari Jepang. Didampingi oleh dua orang wakil (Fuku Shico) yang masing-masing dari Jepang dan seorang bangsa Indonesia. Tidak lama sesudah kemerdekaan, yaitu tanggal 15 sampai 20 Oktober 1945 terjadilah peristiwa kepahlawanan pemuda-pemuda Semarang yang bertempur melawan balatentara Jepang yang bersikeras tidak bersedia menyerahkan diri kepada Pasukan Republik. Perjuangan ini dikenal dengan nama Pertempuran Lima Hari.

Tahun 1946 Inggris atas nama Sekutu menyerahkan kota Semarang kepada pihak Belanda. Ini terjadi pada tanggal l6 Mei 1946. Tanggal 3 Juni 1946 dengan tipu muslihatnya, pihak Belanda menangkap Mr. Imam Sudjahri, wali kota Semarang sebelum proklamasi kemerdekaan. Selama masa pendudukan Belanda tidak ada pemerintahan daerah kota Semarang. Namun para pejuang di bidang pemerintahan tetap menjalankan pemerintahan di daerah pedalaman atau daerah pengungsian di luar kota sampai dengan bulan Desember 1948. daerah pengungsian berpindah-pindah mulai dari kota Purwodadi, Gubug, Kedungjati, Salatiga, dan akhirnya di Yogyakarta. Pimpinan pemerintahan berturut-turut dipegang oleh R Patah, R.Prawotosudibyo dan Mr Ichsan. Pemerintahan pendudukan Belanda yang dikenal dengan Recomba berusaha membentuk kembali pemerintahan Gemeente seperti di masa kolonial dulu di bawah pimpinan R Slamet Tirtosubroto. Hal itu tidak berhasil, karena dalam masa pemulihan kedaulatan harus menyerahkan kepada Komandan KMKB Semarang pada bulan Februari 1950. tanggal I April 1950 Mayor Suhardi, Komandan KMKB. menyerahkan kepemimpinan pemerintah daerah Semarang kepada Mr Koesoedibyono, seorang pegawai tinggi Kementerian Dalam Negeri di Yogyakarta. Ia menyusun kembali aparat pemerintahan guna memperlancar jalannya pemerintahan.

Berikut ini nama pejabat yang pernah memerintah kota Semarang :
Dibawah Pajang dan Mataram
1. Pangeran Kanoman atau Pandan Arang III (1553-1586)
2. Mas R.Tumenggung Tambi (1657-1659)
3. Mas Tumenggung Wongsorejo (1659 - 1666)
4. Mas Tumenggung Prawiroprojo (1666-1670)
5. Mas Tumenggung Alap-alap (1670-1674)
6. Kyai Mertonoyo, Kyai Tumenggung Yudonegoro atau Kyai Adipati Suromenggolo (1674 -1701)

Dibawah VOC :
7. Raden Martoyudo atau Raden Sumimngrat (1743-1751)
8. Marmowijoyo atau Sumowijoyo atau Sumonegoro atau Surohadmienggolo (1751-1773)
9. Surohadimenggolo IV (1773-?)
10. Adipati Surohadimenggolo V atau kanjeng Terboyo (?)

Pemerintahan Hindia Belanda :
11. Raden Tumenggung Surohadiningrat (?-1841)
12. Putro Surohadimenggolo (1841-1855)
13. Mas Ngabehi Reksonegoro (1855-1860)
14. RTP Suryokusurno (1860-1887)
15. RTP Reksodirjo (1887-1891)
16. RMTA Purbaningrat (1891-?)
17. Raden Cokrodipuro (?-1927)
18. RM Soebiyono (1897-1927)
19. RM Amin Suyitno (1927-1942)
20. RMAA Sukarman Mertohadinegoro (1942-1945)

Pemerintahan Republik Indonesia :
21. R. Soediyono Taruna Kusumo (1945-1945), hanya berlangsung satu bulan
22. M. Soemardjito Priyohadisubroto (tahun 1946)

Pemerintahan RIS :
23. RM.Condronegoro hingga tahun 1949

Setelah Pengakuan Kedaulatan :
24. M. Sumardjito (1946-1952)
25. R. Oetoyo Koesoemo (1952-1956).

Walikota Semarang setelah kemerdekaan :
26. RM. Hadisoebeno Sosrowardoyo ( 1 Juli 1951 - 1 Januari 1958)
27. Mr. Abdulmadjid Djojoadiningrat ( 7Januari 1958 - 1 Januari 1960)
28. RM Soebagyono Tjondrokoesoemo ( 1 Januari 1961 - 26 April 1964)
29. Mr. Wuryanto ( 25 April 1964 - 1 September 1966)
30. Letkol. Soeparno ( 1 September 1966 - 6 Maret 1967)
31. Letkol. R.Warsito Soegiarto ( 6 Maret 1967 - 2 Januari 1973)
32. Kolonel Hadijanto ( 2Januari 1973 - 15 Januari 1980)
33. Kol. H. Imam Soeparto Tjakrajoeda SH ( 15 Januari 1900 - 19 Januari 1990)
34. Kolonel H.Soetrisno Suharto ( 19Januari 1990 - 19 Januari 2000)
35. H. Sukawi Sutarip SH. ( 19 Januari 2000 - 2010 )
36. H. Sumarmo (2010 - sekarang)